Sobats,
Hampir semua dari kita pasti akan langsung ngeh (walaupun tidak dapat dengan lengkap mendefinisikannya) begitu mendengar tiga huruf yang kian marak mewarnai suasana pasar masyarakat Indonesia maupun dunia saat ini. Tiga kata itu adalah MLM (Multi Level Marketing). Banyak info yang bisa kita peroleh baik dari dunia maya maupun berbagai media lainnya tentang bisnis tiga huruf ini, yang dipercaya telah mampu menjadi primadona alternative dalam mencari penghasilan tambahan. Bahkan banyak ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktu luangnya di rumah untuk berbisnis MLM. Malah ada lho, yang menjadikan bisnis MLM sebagai penghasilan utamanya. Namun, semua itu bisa terjadi jika sudah sukses pada level tertentu dari jaringan MLM yang diikutinya.
Berbicara lebih lanjut tentang MLM, mungkin pikiran kita akan langsung tertuju pada mekanisme kerjanya (being a member, recruiting members, belanja untuk tutup poin, bla bla bla), namun ada baiknya kita pahami lebih dahulu secara harfiah apa sih MLM itu?
Multi Level Marketing (MLM), bersumber dari beberapa referensi nich, adalah suatu system pemasaran yang dilakukan melalui banyak level atau tingkatan yang biasanya dikenal dengan adanya upline (tingkat atas) dan downline (tingkat bawah) dan digerakkan melalui jaringan. Jaringan ini terbentuk tentu saja oleh adanya upline dan downline itu tadi.
Saya sendiri sebenarnya sudah beberapa kali bergabung dengan beberapa MLM yang terus terang sangat membuat saya bersemangat, namun sayang, semangat itu kemudian redup dan padam seiring dengan ketidaksuksesan saya dalam memenuhi syarat menggapai keberhasilan. Apa syarat menggapai keberhasilan itu? Rekrut anggota, bla bla bla, bla bla bla. Ada sih beberapa anggota yang berhasil saya rekrut, tapi seperti saya, mereka juga kemudian mandeg dan patah semangat. Sediiiiih banget. Lalu datang lagi teman lain menggusung MLM lainnya, dan saya terpengaruh (ingin sukses seperti sang upline), ikut lagi. Join lagi. Dan mandeg lagi….. Capeeeeek deh. Penasaran juga memang, saya yakin kesalahannya ada di saya sendiri. Bukan sistemnya yang salah kok. Buktinya para upline tuh kok bisa sukses melejit kan? Ada juga sih kesuksesan kecil yang pernah menghampiri. Laptop yang saya pakai ini adalah cindera mata dari hasil kerja keras saya di MLM yang terakhir saya ikuti. He..he, tapi itu setelah saya belanja hampir 7 jutaan rupiah….
Padahal maunya sih…. MLM jangan difokuskan untuk belanja kan? But lebih ke building and strengthening network? Itu yang sebenarnya sangat ingin saya terapkan dan wujudkan. Tapi mungkinkah? Mungkin saja. Orang lain bisa kenapa saya tidak? (Membaca kalimat ini, tentu keliatannya saya optimis banget kan? hehe). Tapi jangan terkecoh dulu deh. Saya ga seyakin itu kok. Apalagi base on the un-successful saya dimasa lalu. Hihi.
Bahkan sempat terpikirkan oleh saya untuk stop aja deh earning money from MLM way. Biarkan itu jadi jalannya orang lain saja. Setiap orang pasti punya cara sendiri-sendiri untuk earning money. (filosofis dan bijak, padahal hanya mencoba menghibur diri sob!). Toh sejak aktif dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh-Nias paska tsunami, Alhamdulillah rezeki saya mengalir dengan cukup deras. Bukan hanya saya, tapi siapapun yang bergabung dalam proses rehab rekon di Aceh ini (in the context of NGO employee) sudah dapat dibayangkan penghasilan bulanannya adalah lebih dari 4 jutaan minimal perbulan, itu untuk kategori staff biasa. Apalagi kalo untuk posisi yang lebih tinggi dari itu. Semakin tinggi nominal yang diperoleh tentu pengorbanan waktu dan beban kerja juga akan lebih tinggi. Tak heran jika hasil sebuah survey tentang peringkat gaji tertinggi berada di Provinsi NAD untuk masa setelah tsunami. Bagaimana tidak, in response of tsunami, perhatian national dan international tumpah ruah ke Aceh. Di saat orang-orang Aceh merasa pesimis melanjutkan kehidupan di tanah kelahirannya yang porak poranda ini, berbagai bangsa justru datang dengan tulus membantu memulihkan kerusakan-kerusakan ini. Saat keemasan pencari kerja merekah. Bukan lagi manusianya yang mencari pekerjaan, tapi pekerjaan lah yang mencari pekerja pada saat itu. Bagaimana tidak? Ditengah-tengah kehancuran dan ratusan ribu korban yang tergeletak lemah, para dokter dan paramedis sama sekali tidak mengerti keluhan apa yang dikeluhkan oleh para korban/pasiennya. Siapapun yang dapat berbahasa Inggris (walau hanya cukup-cukup makan, istilahnya) langsung direkrut. Dengan gaji yang tak tanggung-tanggung. Mereka dibayar seharga 250 – 400 rb rupiah perhari. Wow, amazing. Tapi berapalah 250 - 400 ribu rupiah jika di dolarkan? Tak seberapa bagi mereka toh?
Alhamdulillah, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Termasuk bagi saya. Bergabung dengan sebuah NGO kesehatan international, adalah langkah awal pembuka rezeki saya. Tak tanggung-tanggung, bermodalkan sapaan “Anything I can do for you, Sir?” pada seorang dokter bule yang kebingungan menangani korban tsunami yang terkapar, rezeki itu terbuka lebar. ‘Yes, could u please translate it?” maka hari itu juga saya diminta bergabung dengan nominal 400 ribu perhari. Subhanallah. Saya pikir ini adalah gaji paling tinggi yang saya peroleh dalam hidup saya. Namun ternyata, hari-hari berlalu dengan semakin sibuk namun semakin indah. Ketulusan hati untuk membantu para korban yang juga adalah saudara-saudaraku masyarakat Aceh tercinta, dipoles dengan rupiah yang semakin meningkat jelas membuat saya semakin bersemangat dan ikhlas.
Aceh, tempat dimana rate gaji tertinggi berada (sebuah survey menunjukkan bahwa rate gaji tertinggi dan-luar biasa berada di Aceh). Hampir 4 tahun masa rehab rekon Aceh-Nias, seorang sopir saja bisa berpenghasilan (gaji bersih) 2 – 2.5 jt perbulan. Nilai ini belum lagi ditambah dengan nilai lembur jika mereka harus kerja lembur. Itu baru tingkat supir dan satpam. Apalagi staff keatas. Jauuuuuh lebih tinggi dari itu donk.
Namun masa keemasan itu tentu ada batasnya. Gaji-gaji luar biasa (yang tidak seperti gaji karyawan di daerah lainnya) tentu akan ada ujungnya. Siapapun yang telah mengenyam indahnya bergaji luar biasa, harus siap mental untuk kembali pada kehidupan normal dan mungkin prihatin. Bagaimana tidak? 4 tahun sudah proses rehab rekon dilaksanakan. Dan pembangunan dan pemulihan sudah hampir komplit. Banyak sudah NGO international kembali ke Negara atau head quarternya. Termasuk lembaga besar tempatku mengabdi selama ini, BRR NAD-Nias, sesuai dengan SK pembentukannya yang dikeluarkan oleh Presiden RI, maka lembaga ini pun harus mengakhiri tugasnya sesuai dengan tanggal yang ditetapkan. 16 April 2009.
Well, rela tak rela, semua karyawan yang tergabung di dalamnya harus rela dan ikhlas lembaga ini diakhiri. Dan harus berjiwa besar dan siap tempur mencari sumber penghasilan yang baru. Begitu juga diriku… Tapi jauh-jauh hari, saya sudah memperingatkan diri sendiri, sembari menempa mental saya untuk tidak kecewa jika penghasilan dengan nominal 15 juta tak akan mudah lagi untuk digapai. Saya bahkan telah melobby diri sendiri untuk cukup puas jika penghasilan yang mampu saya peroleh nanti hanyalah 6 jutaan. Karena siapapun menyadari, akanlah sulit menggapai nominal lebih dari 10 juta di masa krisis global seperti ini. Dan saya telah siap untuk itu. Saya rasa, teman-teman senasib lainnya tentu juga telah mampu melobby diri sendiri untuk terbiasa dan nerimo terhadap nominal yang jauuuuh lebih rendah.
Sobats,..
Perbedaan mencolok terhadap penghasilan bulanan, walau hati telah kita latih untuk ikhlas menerimanya, tetap saja memunculkan rasa ‘tidak terima’ di hati kita. Nominal 6 jt untuk penghidupan di aceh yang begitu mahal, sungguh membuat saya harus benar-benar hidup prihatin. Harus ada alternative lain untuk mengembalikan bahkan kalo bisa meningkatkan income lebih dari yang pernah saya peroleh di masa lalu. Dan mulailah saya tertarik untuk mampu menghasilkan uang dari internet. Dan mulailah saya berMIMPI untuk benar-benar (suatu saat nanti) dapat WAH (Work At Home). Mewujudkan mimpi tentu harus dengan usaha dan kerja keras. Maka saya pun memulainya. Dengan mulai belajar tentang internet marketing. Mulai belajar blogging. Hingga kemudian punya banyak kenalan teman-teman blogger yang ternyata sangat baik dan ramah. Belajar dan saling sharing info sesama blogger inilah pula yang membuat saya kemudian langsung tertarik dengan suatu bisnis MLM yang baru saja digeluti seorang sahabat blogger saya, Ibu Irien, Ijin namanya saya sebut di sini yach…. Padahal saat itu, sobat saya ini (Sekarani, Banjar Masin, saat ini telah menjadi upline saya) hanya bertanya; “Mbak, udah join Oriflame?”
Yang langsung saya sambut dengan kalimat yang lebih panjang: “Belum, ada sih rencana mau join, karena saya sendiri juga pake beberapa produk ori.” Gayung pun bersambut. Jadilah hari itu juga saya daftar oriflamme. Keesokannya upline saya langsung memprosesnya dan resmilah saya jadi anggota oriflame. Namun oriflame yang saya join kali ini sungguh unik. (Sebelumnya saya sempat juga jadi anggota ori, tapi keanggotaan saya jadi expire karena ga keurus, jarang beli produk apalagi rekrut anggota, hahaha). Bukannya ingin menyalahkan upline, tapi selain sayanya yang memang sibuk keliling daerah, juga si upline sendiri juga ga begitu care dengan downlinenya.
Selanjutnya, saya dikenalkan oleh Irien
(Upline saya) via online pastinya, dengan seseorang yang bernama
MILAN (jeuunnggg, ijin namamu saya and di link disini yach….:-). And a short conversation then taken place. Beberapa conversation pembuka lainnya sengaja saya cut karena inilah point pentingnya.
milandihardjo (7/15/2009 11:04:48 AM): Ada dream gak?
alaika (7/15/2009 11:05:46 AM): dream ku sih ingin hasilkan uang dari internet, fully able to manage my own time... ga terikat j kantor...dst...dst
alaika (7/15/2009 11:05:47 AM): hehe
alaika (7/15/2009 11:05:57 AM): tp tetep aja ingin lanjutkan sekolah
milandihardjo (7/15/2009 11:07:23 AM): Sip!
Percakapan terpaksa dihentikan karena baik saya maupun Milan kemudian harus kembali pada kesibukan masing-masing. Namun di malam harinya, saat saya kembali membuka dan membaca percakapan singkat ini, I notice a STAR there….. Thx Milan. Yach… selain internet marketing, why not I also try to maximize Oriflame business? Jadi website and blogging jalan terus, plus sebuah blog khusus untuk ajang promosi dan perkuat jaringan oriflamme ku. Yah!! WHY NOT??? HARUS DICOBA DONK. AYO AL, HARUS BISA, Kan ingin segera WAH (Work At Home).
Nah sobats,
Jadilah diriku kembali ke Oriflame yang dulu sudah pernah saya ikuti, namun kali ini dengan sebuah group yang solid dan kuat, plus saling support. BOSS FAMILY ORIFLAME.
Oleh Milan saya juga dikenalkan dengan MIRA yang telah mengulurkan bantuannya membeli dan mengirimkan saya katalog…. (Jeung Mira, boleh saya tag and link your blog …:-)) yang juga sangat ramah dan cooperative. Malam harinya, karena kesulitan untuk mendapatkan web replica (walau sudah berulang kali coba), oleh Milan saya dikenalkan langsung dengan sang Director, MBAK SOTYA (mbak, maaf telah merepotkanmu untuk urusan web replica dan thx berat atas kesabaran dan bantuannya). Juga ijin nama webmu saya link yach.
Sobats,
Inginnya sih bercerita lebih banyak, tapi selain takut sobats akan bosan dan capek mengikutinya, juga ….bahannya harus cari lagi nih… hehehe.
Tapi yang jelas, sebagai a new bossfamers, bantuan, dukungan dan perhatian sobats dalam menginspirasi, membangkitkan semangat saya sungguh sangat saya harapkan. Mohon dibantu yach…. Masih banyak bingung nya nich.
That is all for this moment. Hopefully can continue secepatnya.
Regards,
Alaika.
Oriflame memang yang terbaik
ReplyDelete